tester slide

Selasa, 11 Februari 2014

FENOMENA BANTUAN SOSIAL PENDIDIKAN DALAM PERUBAHAN SOSIAL yang ADA DI MASYARAKAT MISKIN PERKOTAAN

FENOMENA BANTUAN SOSIAL PENDIDIKAN DALAM PERUBAHAN SOSIAL yang ADA DI MASYARAKAT MISKIN PERKOTAAN
(small riset masalah kemiskinan)
Oleh: Muhlisin  

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG MASALAH
Fenomena tentang sebuah kemiskinan memang menjadi sebuah daya tarik bagi seorang yang akan melakukan sebuah kegiatan di bidang ilmu kemasyarakatan. Dimana kemiskinan dilihat dalam sebuah bentuk yang begitu kompleks, misalkan saja dalam sebuah kemiskinan akan munculnya berbagai penyimpangan-penyimpangan sosial yang terjadi di masyarakat. Bahkan juga bisa menjadi sebuah kehancuran dalam sebuah negera yang tidak mampu menyelesaikan masalah kemiskinan ini. Kemiskinan yang terjadi tidak hanya dalam sebuah kemiskinan dalam bentuk ekonomi semata, namun kemiskinan dalam bentuk moral merupakan sebuah kemiskinan dari masyarakat itu sendiri.
Maka dari itu menurut Durkheim bahwa di eropa telah terjadi sebuah masa yang mana dalam hal ini terjadi sebuah bunuh diri masal yang dilakukan oleh salah satu aliran dari agama. Bunuh diri ini di akibatkan oleh pengetahuan dari sebuah masyarakat yang kurang tentang sebuah penafsiran dari sebuah agama. Sehingga mengakibatkan banyaknya bunuh diri masal yang dilakakukan oleh semua masyarakat yang terjadi di eropa. Fenomena ini cukup menggemparkan seluruh dunia dimana pada masa itu telah terjadi sebuah peperangan besar-besaran. Dari paparan diatas tentu merupakan sebuah bentuk dari kemiskinan moral yang terjadi di dalam sebuah agama dan pengetahuan. Proses ini merupakan sebuah bentuk dari penciptaan sebuah kemiskinan moral yang terjadi dalam sebuah masyarakat.
Kemudian di faktor ekonomi juga membahas tentang pentingnya sebuah ekonomi dalam menghadapi pesatnya kemiskinan moralitas yang ada di masyarakat miskin. Dimana telah dijelaskan tentang kemiskinan masyarakat miskin itu adalah mereka yang selalu melakukan perbuatan-perbuatan menyimpang yang menyalahi aturan agama. Kemiskinan yang secara substruktural di hadapi secara struktural, yakni dengan mengentaskan kemiskinan secara ekonomi tadi. Bahkan jika kita melihat tentang pemahaman antara kemiskinan yang secara ekonomi dan secara moralitas jelas mempunyai perbedaan yang besar. Dimana dalam hal ini ditinjau dari segi permasalahannya itu sendiri.
Kemudian dalam sebuah permasalahan yang begitu kompleks ini merupakan sebuah permasalahan bersama dimana sebuah kemiskinan yang terjadi merupakan sebuah permasalahan yang berkisnambungan serta mempunyai akar yang sama. Menurut marx permasalahan kemiskinan merupakan sebuah kemiskinan tentang bagaimana sebuah negara menjadi penengah antara borjuis dengan proletar. Konflik yang terjadi keduanya merupakan sebuah konflik yang terjadi akibat tereksploitasinya seorang kaum proletar terhadap kaum borjuis. Kaum borjouis yang memupuk modalnya secara terus menerus membuat kaum proletar menjadi kurang mampu dalam meningkatkan kesejahteraannya.
Selanjutnya, seiring dengan kemajuan jaman merupakan konteks dari sebuah kemiskinan yang merupakan hasil dari sebuah modernisasi yang kurang seimbang. Kurangnya taraf kesetaraan merupakan aspek yang terjadi tentang sebuah kemiskinan tersebut. Modernisasi dan pembangunan adalah dua hal yang sekarang sedang gencar digalakkan oleh seluruh negara terutama negara berkembang dan begitu pula Indonesia. Giddens ( dalam Ritzer, 2012 : 607 ) mendefinisikan modernitas berdasarkan empat institusi dasar yaitu kapitalisme, industrialisme, kapasitas pengawasan, dan kekuatan militer. Kapitalisme disini diidentikkan dengan produksi komoditas, kepemilikan modal pribadi, buruh upahan yang tidak memiliki hak milik, dan sistim kelas yang cenderung ke arah vertikal.
Kemiskinan sendiri merupakan sebuah fenomena sosial yang disebabkan oleh banyak faktor. Seseorang dapat dikatakan miskin apabila individu tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar sehari-harinya seperti sandang dan pangan secara mandiri. Kemiskinan di perkotaan tidak hanya disebabkan oleh kapitalisme. Karakteristik masyarakat desa yang mempunyai budaya pasrah adalah salah satu faktor pendorong yang membuat mereka menjalani kehidupan miskinnya dengan mengalir. Tidak ada inisiatif untuk mencoba menggali apa yang menyebabkan dia menjadi miskin dan juga tidak ada upaya untuk mencoba mengubahnya. Banyaknya faktor yang menyebabkan kemiskinan di perkotaan ini membuat peneliti ingin mengkaji faktor apa saja yang membuat kemiskinan ini terus berlangsung dan bagaimana usaha mereka para golongan miskin untuk terus bertahan dalam kehidupan kota yang kejam. Studi ini di lakukan pada seorang janda beranak tujuh dikawasan Wonokromo Surabaya.
Kemudian, dalam bidang pendidikan bantuan sosial kemiskinan di bidang ini merupakan sesuatu yang terus di gerakan oleh pemerintah. Namun, apakah hal ini menjadi sebuah jawaban akan bidang pendidikan untuk mengentaskan kemiskinan belum jelas arahnya karena masih terganjal oleh beberapa faktor-faktor yang telah terjadi. Bantuan sosial di bidang pendidikan tersebut antara lain adalah BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Dimana bantuan ini merupakan sebuah bantuan yang dikhususkan untuk siswa miskin yang tidak mampu membayar uang sekolah. Jumlahnya bervariasi tergantung nominal kebutuhan sekolah tersebut.
1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana perubahan sosial budaya dengan adanya bantuan sosial kemiskinan dalam bidang pendidikan?
2.      Mengapa bantuan sosial kemiskinan menjadi jalan alternatif bagi pemerintah terhadap rakyatnya?
1.3  TUJUAN
untuk mengetahui seberapa jauh dana pendidikan ini berpengaruh terhadap seorang siswa serta mengetahui tingkat perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.
1.4  MANFAAT
1.      Manfaat teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu sosiologi.
2.      Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi pengambil kebijakan terkait dengan bidang yang dibahas, yakni masalah kemiskinan



BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam kerangka teori banyak yang terkandung dalam kajian manajemen kurikulum ini. dan banyak ahli yang telah mengumukakan tentang teori tentang manajemen. Namun dalam meraih hasil yang maksimal makalah ini menggunakan teori Talcott Parson sebagai tahap analisa dalam penelitian yang telah dilakukan, oleh karena itu makin banyak yang harus dikaji dan semakin luas dalam pengkajiannya.

Dalam teori Talcott Parson ia mengemukakan bahwa ada empat tahap dalam menganalisa sebuah perubahan sosial yang terjadi dan teori ini di singkat sebagai AGIL ( Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency). Kemudian, dalam melakukan penelitian ini tidak pernah lepas dari kerangka yang telah dibuat oleh teori ini namun didalamnya masih banyak masalah yang timbul akibat teori yang telah dibuat oleh Talcott Parson. Talcott Parson mendapatkan teori ini berasal dari Max Weber yang kemudian di kembangkan sehingga menjadi teori yang sedikit sempurna. Namun, dalam sebuah kritikan dari kaum kiri radikal teori ini sulit untuk di pahami dan konservatif. Meskipun, mendapatkan beberapa kriitikan dari sayap kiri, teori ini tetap berkembang pada tahun 1980-an.
Teori AGIL merupakan teori yang digunakan dalam menganalisis temuan data yang ada di makalah ini. sedangkan AGIL sendiri merupakan singkatan yang mempunyai arti sebagai berikut          :
Adaptation yakni proses untuk mengkondisikan suatu hal yang baru agar dapat membaur dengan lingkuangan yang baru, dalam proses ini perlu ada suatu alat untuk menjalankan proses ini. namun demikian, proses ini berjalan cukup lama karena setiap proses harus melalui tahap-tahap tertentu agar dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya, Goal Attainment yakni adanya sebuah tujuan yang dicapai baik itu dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Jangka panjang biasanya berkisar sampai 5 tahunan dedangkan jangka pendek 1 tahun. Dalam pencapaian ini harus ada yang di prioritaskan dalam pembangunan kurikulum ini. selanjutnya, integration yakni proses dimana ada penyatuan antara yang pro terhadap sistem yang baru dengan sistem yang lama, namun dalam pengintegrasian harus ada suatu dialog antara yang pro dan yang kontra terhadap suatu sistem. Selanjutnya, latency yakni sistem harus memperbaiki suatu dampak yang tidak terlihat oleh suatu sistem yang telah berjalan dengan cara melihat pola prilaku seseorang dimana yang dimaksimalkan oleh penggerak maupun yang digerakkan oleh sistem itu sendiri.
Dengan begitu fungsionalisme Talcott Parsons berguna untuk menganalisa bagaimana sebuah kemiskinan itu berfungsi sebagai penyeimbang sebuah perekonomian negara, melalui fungsionalisme AGIL tersebut. Kemiskinan dianggap akan berperan sebagai fungsi dari kaum kelas atas dalam menghadapi perekonomian dalam sebuah negara.



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Sifat Penelitian
Penelitian ini secara metodologi menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini bersifat deskriptif, karena berusaha untuk mendiskripsikan secara lebih merinci dan mendalam tentang bagaimana menelaah kemiskinan perkotaan dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi, yaitu berusaha untuk mengungkap dan mempelajari serta memahami suatu fenomena beserta konteksnya yang khas dan unik yang dialami oleh individu hingga tataran “keyakinan” individu yang bersangkutan. Penelitian fenomenologi berusaha untuk mencari arti secara psikologis dari suatu pengalaman individu terhadap suatu fenomena melalui penelitian yang mendalam dalam konteks kehidupan sehari-hari subjek yang diteliti.

B.     Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini berada di Desa Pulo Tegal Sari, Wonokromo, Surabaya. Sebuah rumah milik Ibu Supiah selaku informan dalam penelitian ini. Alasan penelitian di lakukan di rumah informan yang berada di Desa Pulo Tegal Sari, Wonokromo, Surabaya adalah atas keterangan dan rekomendasi dari key informan dalam penelitian ini, yaitu Ketua RT di desa tersebut. Menurut hasil keterangan dari key informan, informan merupakan salah satu warga miskin yang berada di RT tersebut, yang masih memiliki tanggungan anak-anak yang membutuhkan pendidikan, sedangkan status informan adalah janda dengan mata pencaharian sebagai pedagang onde-onde. Selain itu alasan lain penelitian dilakukan di desa Pulo Tegal Sari adalah desa tersebut merupakan perkampungan yang padat huni, yang berada di tengah-tengah kota besar Surabaya.
Waktu penelitian dilakukan selama lima hari berturut-turut. Penelitian dilakukan mulai tanggal 29 September 2013 hingga 3 Oktober 2013.

C.     Subjek Penelitian
Teknik pengambilan subjek dari penelitian ini menggunakan teknik Purposive (bertujuan) yaitu teknik pengambilan sampel secara sengaja. Alasan penelitian menggunakan teknik Purposive yaitu penelitian ini dibutukan hanya satu subjek penelitian yang meliputi satu keluarga sebagai sebagai informan. Sedangkan pengambilan subjek penelitian menggunakn teknik purposive (teknik pengambilan sampel secara sengaja atau bertujuan) diperoleh melalui hasil keterangan dari key informan dalam penelitian ini. Subjek penelitian penelitian merupakan keluarga ibu Supiah.

D.    Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder sebagai pendukung. Data Primer diperoleh dari hasil data wawancara langsung terhadap subjek penelitian, dan dijadikan sebagai sumber data utama dari penelitian karena penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendiskripsikan realitas terhadap permasalahan yang diteliti. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi, Studi dokumentasi, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari dokumen resmi, surat-surat dan lainnya yang dapat dipakai sebagai narasumber bagi peneliti. Melalui studi dokumentasi dapat memperkuat data hasil wawancara.
Pertama, pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode wawancara (indept interview)  terhadap subjek penelitian. Wawancara mendalam ialah temu muka berulang antara peneliti dan subjek penelitian, dalam rangka memahami pandangan subjek penelitian mengenai hidup, pengalaman, maupun situasi sosial sebagaimana diungkapkan dalam bahasanya sendiri (Taylor dan Bogdan, 1984). Metode ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang jelas dan lengkap dari subjek peneliti berdasarkan pengalaman mereka. Teknik pengambilan subjek menggunakan teknik purposive, yaitu teknik pengambilan sampel atau subjek penelitian secara sengaja.  Dari subjek penelitian yang sudah ditentukan (purposive) kemudian dilakukan metode wawancara mendalam untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan lengkap dari hasil pengalaman subjek peneliti.
Kedua, pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menggunakan metode studi dokumentasi. Yaitu dengan mempelajari dokumen resmi yang berkaitan dengan informan sebagai data pendukung dari penelitian. Jenis dokumentasi yang digunakan yaitu data yang dapat menggambarkan keadaan ekonomi informan dengan tujuan untuk memperkuat data dalam menelaah kemiskinan perkotaan dalam memenuhi kebutuhan hidup.

E.     Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpualan. Tahap pertama yaitu tahap reduksi. Tahap reduksi data dilakukan dengan proses menelaah kembali data yang didapat di lapangan dan melakukan pemusatan perhatian pada penyederhanaan data (Ivanovich Agusta). Tahap reduksi data meliputi meringkas data, mengkode, menelusur tema, dan membuat gugus-gugus. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikaian rupa sehinggga kesimpulan akhir dapat diambil.
Kedua yaitu tahap penyajian data. Tahap penyajian data yaitu kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga akan memberikan kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data meliputi teks naratif berbentuk catatan lapangan dan berupa matriks, grafik, jaringan dan bagan.
Ketiga yaitu tahap penarikan kesimpulan. Dari analisis data yang telah dilakukan, kemudian diinterpretasikan dengan teori (analisis teori). Maka selanjutnya dapat dialakukan penarikan kesimpulan yang mula-mula belum jelas kemudian menjadi lebih rinci.




BAB IV
DESKRIPSI LOKASI DAN TEMUAN DATA
4.1 Deskripsi Lokasi
Dari beberapa pembagian wilayah secara administratif tersebut sesuai dengan lokasi penelitian perkuliahan luar kelas (PLK) Kemiskinan yang telah dilakukan selama 5 hari, maka yang menjadi focus dari paparan ini adalah wilayah bagian Pulo Tegalsari. Pulo Tegalsari sendiri merupakan desa yang secara umum lingkungannya masih kumuh, tempat tinggal keluarga yang hanya berpetak-petak, kondisi ekonomi yang masih belum merata (masih banyak keluarga miskin), pengangguran karena tidak meratanya pembangunan, dan pola hidup yang sama sekali tidak sehat.
            Paparan mengenai deskripsi lokasi penelitian ini secara sekunder data menjadi tantangan dan kesulitan dari peneliti, dimana sangat minimal untuk diakses melalui website terkait. Pada akhirnya peneliti memutuskan untuk memaparkan deskripsi lokasi ini berdasarkan hasil observasi partisipan atau partisipasi langsung karena peneliti terlibat langsung dalam kehidupan sosial informan yang diteliti.
Secara deskriptif bahwa Pulo Tegalsari ini adalah suatu daerah yang penduduk miskinnya masih cukup banyak jumlahnya. Daerah Pulo Tegalsari terdapat beberapa Gang yang mana hal itu pembagiannya per RT (Rukun Tetangga). Selama observasi berlangsung di daerah ini kurang lebih terdapat 6-7 Gang, yang mana semua itu nantinya menuju titik utama ke jalan raya. Pulo Tegalsari jika dideskripsikan secara geografis maka disebelah utara adalah daerah Joyoboyo.  Kemudian disebelah Timurnya adalah jalan raya Ahmad Yani. Berlanjut disebelah selatannya yang mana berupa jalan raya smea. Terakhir adalah sebelah baratnya adalah wilayah karangrejo. Jika dispesifikasikan kembali lebih tepatnya daerah penelitian yang menjadi fokus kajian adalah lokasi yang diteliti terletak di gang ke-6 nomer 21 RW 07 Rt 010 Desa Wonokromo Kecamatan Wonokromo Kabupaten Surabaya. Ketika keluar dari gang ini terdapat sungai yang biasanya digunakan sebagai akses perlintasan antara daerah Joyoboyo dengan daerah Pulo Tegalsari tersebut. Kondisi lingkungan dan kesehatan terkait dengan pola hidup bersih dan sehat masih sangat belum maksimal. Contohnya, mengenai sanitasi dan MCK yang ada. Masyarakat masih menggunakan MCK umum untuk mandi maupun buang air besar hanya dengan membayar sebesar Rp 1.000,00 per sekali masuk. Secara tidak langsung air yang digunakan pun juga dengan memanfaatkan air sungai yang disuling kembali. Disisi lain kondisi yang dapat dipaparkan adalah tempat tinggal dan aktifitas masyarakat sehari-harinya. Dengan rumah yang berpetak-petak dan tanah yang rata-rata sewaan atau hasil warisan. Pekerjaan yang dimiliki pun juga bukan pekerjaan yang mumpuni karena bekal pendidikan tidak sebanding untuk mendapatkan pekerjaan yang berpendapatan lebih sehingga masih belum mampu mengentaskan masyarakat dan keluarga miskin untuk keluar dari jerat kemiskinan yang ada.
Studi kasus permasalahan penelitian ini dilakukan di rumah Ibu Satumi Supiyah. Secara lebih terperinci alamat dari informan seperti yang telah dijelaskan di atas dapat dijelaskan alur ke arah lokasi yang dituju tersebut. Dari kampus Unesa Ketintang menuju ke arah RSI (Rumah Sakit Islam) yang terletak di jalan A.yani kemudian memilih di jalur kiri ke arah Terminal Joyoboyo lurus hingga sebelum jembatan menuju terminal Joyoboyo terlebih dahulu belok ke sebelah kiri. Belokan tersebut adalah Gang depan memasuki Daerah Pulo Tegalsari, Wonokromo. Setelah masuk di area gang tersebut masih lurus sampai pada alamat yang telah disebutkan sebelumnya dan sampailah pada rumah informan yang dimaksud. Perlu diketahui pula bahwa tempat tinggal informan yang menjadi subyek penelitian ini berdekatan satu sama lain dengan beberapa tetangga informan seperti samping, depan maupun belakang.

4.2 Temuan Data
            Berbicara mengenai pendidikan di kalangan masyarakat miskin sama halnya dengan membuka mata dan menyiapkan pisau analisis yang membutuhkan suatu ketajaman tersendiri. Tingkat ketajaman di lapangan begitu penting untuk mendapatkan kevalidan data yang diperoleh. Disini secara umum tingkat pendidikan di masyarakat Pulo Tegalsari Wonokromo ini rata-rata belum dapat dikatakan memenuhi standart pendidikan yang layak. Mungkin disisi lain masih banyak masyarakat yang tidak bisa menulis dan membaca alias buta huruf. Tingkat pengetahuan mungkin masih bisa disosialisasikan melalui pemberdayaan khusus. Namun jika menulis dan membaca yang menjadi pokoknya tidak dimiliki maka hal tersebutlah yang menjadikan salah satu penghambat mendapatkan pekerjaan yang layak. Pendidikan seharusnya menjadi salah satu alternatif bagi mereka yang miskin untuk keluar dari lingkaran kemiskinan yang selama ini membelenggu.
            Riwayat pendidikan terakhir informan yang mana dulunya adalah sekolah rakyat yang saat ini setara dengan jenjang pendidikan sekolah dasar membuat informan tidak bisa memiliki pekerjaan yang menghasilkan pendapatan dengan jumlah yang besar. Minimalnya tingkat pendidikan yang dimiliki informan pada akhirnya menjadikan informan hanya bekerja sebagai penjual onde-onde  dan kopi yang tidak seberapa, sementara beban hidup informan terlalu tinggi. Memiliki pengalaman dengan pendidikan yang tidak seberapa bahkan minimal menjadikan informan menuntut 3 anaknya bersekolah setinggi mungkin.
            Pendidikan pada dasarnya suatu hal yang penting dalam yang mana dapat dijadikan sebagai alat mencapai kehidupan yang lebih baik. Tidak menutup kemungkinan sisi lain yang mengatakan bahwa setinggi apapun pendidikan seseorang belum tentu dapat menjamin pekerjaan yang layak. Tidak sedikit pula seorang sarjana yang pada akhirnya menganggur. Menurut informan saat ini biaya pendidikan sama seperti harga bbm dan harga sembako yang sedang gencar-gencarnya naik dan membuat masyarakat semakin terlilit dalam lingkaran kemiskinan. Pendidikan harus diraih semaksimal mungkin sebagai suatu proses menuju kehidupan yang lebih baik.
            Disini dapat dianalisis pendidikan di kalangan keluarga miskin menjadi suatu keterbatasan untuk diperoleh. Keterbatasan tersebut seharusnya mampu didukung oleh kebijakan pendidikan yang layak dan tidak berganti-ganti setiap tahunnya. Jika pendidikan hanya mampu diperoleh oleh masyarakat yang mampu saja bagaimana dengan mereka yang miskin. Selama ini fakta yang terlihat adalah bagi mereka yang miskin pendidikan diperuntukkan melalui bantuan-bantuan pendidikan seperti BOS (bantuan  operasional sekolah). Walaupun pada dasarnya penerapan dari kebijakan tersebut tidak secara keseluruhan menjangkau bagi masyarakat miskin.
BAB V
ANALISA DATA
Dalam konsep sebuah kemiskinan merupakan sebuah masalah negara yang perlu di selesaikan. Karena  hal ini mencakup tentang kehidupan manusia semuanya, bahkan perlu untuk memberikan jaminan kepada masyarakat yang miskin. Meskipun dalam hal ini makin banyak kemiskinan baru yang muncul, namun hal ini juga mempunyai beberapa hal tentang bagaimana sebuah kemiskinan ini menjadi fungsi penyeimbang  kemiskinan. Dalam konteks pendidikan kemiskinan merupakan masalah yang harus diselesaikan secara mendalam. Dengan beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh sebuah negara. Sebuah negara perlu untuk menjamin pendidikannya dari peluang putusnya angka sekolah. Banyak program tentang pembebasan tentang pendidikan yang sesuai diatur oleh UUD 1945 pada pasal 33 yang berbunyi “ setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Pendidikan yang dikhususkan untuk mendapatkan pendidikan yang sama, yang bertujuan untuk mendapatkan pendidikan yang setara dengan golongan kelas atas.
Kemudian dalam hal membuat kemiskinan ini menjadi beberapa hal yang perlu untuk mendapatkan perhatian lebih tentang beberapa fungsi kemiskinan. Hal ini dapat dilihat dari perspektif teori fungsional AGIL. Dalam perspektif agil terdapat dalam hal yang begitu fungsional sebuah konteks bantuan sosial yang berupa dana pendidikan. Bahkan dengan bantuan sosial ini beberapa penemuan tentang adanya peningkatan dalam hal kehidupan ekonomi menjadi terasa, meskipun tidak secara singkat. Dalam hal ini bantuan ini akan terlihat nyata ketika pada masa yang akan datang. Kemudian bagaimana perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dengan adanya beberapa bantuan sosial yang diterima.
Perubahan Sosial dari  Bantuan Sosial Pendidikan
Beberapa temuan data menemukan pada masyarakat miskin, jika bantuan sosial ini menemukan beberapa manfaat yang terasa bagi keluarga miskin. Dimana dalam hal ini pendidikan menjadi terasa penting ketika mendapatkan pendidikan yang memberikan beberapa hal tentang bantuan sosial. dalam konteks pendidikan merupakan sebuah kewajiban tentang bantuan sosial ini untuk mendapatkan sebuah proses pendidikan yang besar. Kemudian dalam melihat bantuan sosial ini menurut beberapa informan merasa bangga bisa mendapatkan bantuan ini, karena dengan bantuan sosial ini mereka tidak perlu membebani ekonomi orang tua mereka.
Namun, ketika ada yang menerima, ada pula yang tidak menerima bantuan sosial ini, dimana mereka yang tidak mendapatkan bantuan sosial ini merasa pendidikan tidak perlulah tinggi, ketika pendidikan kian tinggi untuk diakses oleh penduduk miskin. Dimana dalam temuan data ini menimbulkan beberapa tentang fenomena pendidikan, dalam temuan data menunjukan bahwa masih terdapat sekolah yang tidak memberikan beasiswa atau bantuan pendidikan ini secara maksimal. Bahkan untuk mendapatkan bantuan sosial ini mereka harus rela berjuang untuk mendapatkan bantuan sosial pendidikan ini.
Untuk hal itu fungsi kemiskinan menjadi tidak seperti hakikatnya. Namun dalam hal ini kemiskinan malah menjadi disfungsi dari sebuah sistem bantuan sosial ini. Dengan adanya sebuah kemiskinan ini mendapatkan beberapa tentang sebuah fasilitas pendidikan yang tidak terealisasi. Bahkan bantuan pendidikan tidak bisa didapatkan karena hanya masalah faktor status sekolah. Dimana yang mendapatkan bantuan pendidikan hanya sekolah yang berstatus negeri, sedangakan sekolah yang berstatus swasta tidak mendapatkan bantuan dana pendidikan.
Bahkan fungsi kemiskinan ini memberikan sebuah dampak yang positif dimana dalam hal ini seorang manusia harus dapat mendapatkan hak yang sama. Dalam hal ini fenomena biaya pendidikan hampir sama dengan fenomena bahan bakar minyak. Dimana setiap tahun biaya pendidikan ini mengalami kenaikan yang begitu pesat sehingga tidak mampu untuk dijangkau oleh para masyarakat miskin. Bahkan fenomena ini bisa jadi menjadi sebuah pertanggungjawaban atas modernisasi yang terus dilakukan oleh pemerintahan. Dimana pemerintah terus melakukan modernisasi yang begitu juga di imbangi oleh dana bantuan sosial ini, inilah fungsi laten dari bantan sosial yang dikeluarkan oleh bantuan sosial ini. Dengan begitu lengkaplah sebuah pemerintahan yang seimbang dengan adanya bantuan sosial ini.



BAB VI
KESIMPULAN
Fenomena tentang sebuah kemiskinan memang menjadi sebuah daya tarik bagi seorang yang akan melakukan sebuah kegiatan di bidang ilmu kemasyarakatan. Selanjutnya, seiring dengan kemajuan jaman merupakan konteks dari sebuah kemiskinan yang merupakan hasil dari sebuah modernisasi yang kurang seimbang. Kurangnya taraf kesetaraan merupakan aspek yang terjadi tentang sebuah kemiskinan tersebut. Modernisasi dan pembangunan adalah dua hal yang sekarang sedang gencar digalakkan oleh seluruh negara terutama negara berkembang dan begitu pula Indonesia.
Dalam teori Talcott Parson ia mengemukakan bahwa ada empat tahap dalam menganalisa sebuah perubahan sosial yang terjadi dan teori ini di singkat sebagai AGIL ( Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency). Kemudian, dalam melakukan penelitian ini tidak pernah lepas dari kerangka yang telah dibuat oleh teori ini namun didalamnya masih banyak masalah yang timbul akibat teori yang telah dibuat oleh Talcott Parson. Talcott Parson mendapatkan teori ini berasal dari Max Weber yang kemudian di kembangkan sehingga menjadi teori yang sedikit sempurna. Namun, dalam sebuah kritikan dari kaum kiri radikal teori ini sulit untuk di pahami dan konservatif. Meskipun, mendapatkan beberapa kriitikan dari sayap kiri, teori ini tetap berkembang pada tahun 1980-an.
Beberapa temuan data menemukan pada masyarakat miskin, jika bantuan sosial ini menemukan beberapa manfaat yang terasa bagi keluarga miskin. Dimana dalam hal ini pendidikan menjadi terasa penting ketika mendapatkan pendidikan yang memberikan beberapa hal tentang bantuan sosial. dalam konteks pendidikan merupakan sebuah kewajiban tentang bantuan sosial ini untuk mendapatkan sebuah proses pendidikan yang besar. Kemudian dalam melihat bantuan sosial ini menurut beberapa informan merasa bangga bisa mendapatkan bantuan ini, karena dengan bantuan sosial ini mereka tidak perlu membebani ekonomi orang tua mereka.



DAFTAR PUSTAKA
Martono, Nanang.2011.Sosiologi Perubahan Sosial Perspektifklasik, Modern, Postmodern Dan Postkolonial.Jakarta:Rajawali Press
Darmaningtyas, & Edi Subkhan.2012.Manipulasi Kebijakan Pendidikan.Jakarta:Resist Book
Ritzer, Goorge dan Goodman Douglas J.2012.Teori Sosiologi Cetakan Ke-8. (Bantul : Kreasi Wacana ).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar